Menulis adalah proses mengenal diri sendiri.
UPDATE (22:01):
Old draft: four pages.
New draft: five pages (full chapter).
Menulis adalah proses mengenal diri sendiri.
Old draft: four pages.
New draft: five pages (full chapter).
Karena itu, dalam rangka memberi hadiah
Saya menulis untuk saya. Bukan untuk diterima editor. Bukan untuk memuaskan selera orang. Bahkan bukan untuk mengisi rak toko buku. Tidak masalah apakah buku ini nantinya akan diterbitkan atau tidak. Seandainya tidak ada penerbit yang sudi menerima, saya siap jika manuskrip ini tersimpan dalam komputer saya entah sampai kapan -- setidaknya sampai saya punya cukup dana untuk menerbitkannya sendiri kelak. Dan saya tidak peduli apakah buku ini akan laris terjual. Saya tidak peduli apakah ia akan menuai pujian atau cercaan. Karena saya menulis untuk saya.
Menulis jujur itu tai kucing, kata kawan saya.
Saya setuju.
Menulis jujur itu memang tai kucing, kalau tujuan utamanya adalah lolos seleksi editor dan diterbitkan, untuk kemudian dipajang bersama ribuan buku lain di rak berwarna cokelat muda demi sebuah eksistensi, pencapaian, ataupun upah berwujud materi. Itu sebabnya saya menulis bukan untuk diterima penerbit. Karena saya sudah terlalu penat.
Enam bulan. Seratusdelapanpuluh hari.
Itulah waktu yang saya tetapkan untuk menyelesaikan manuskrip ini.
Kenapa enam bulan? Karena sejauh itulah kesanggupan saya, yang dengan jujur saya takar tanpa berniat memberi beban yang terlalu besar pada diri sendiri. Saya juga tidak mengatakan bahwa saya akan langsung berhenti ‘melacur’. Atas nama kejujuran, saya mengaku bahwa saya masih butuh eksistensi dan pencapaian, dan enam bulan bukan waktu yang sedikit. Tapi, itu lebih baik daripada tidak berusaha sama sekali. ;-)
Benih ini sudah ada. Di dalam ‘rahim’ saya. Pembuahan sudah terjadi. Dan saya akan merawatnya dengan segenap hati. Menjaga dan membiarkannya tumbuh, sampai ia lahir ke dunia.
Dan jurnal ini, juga Anda semua yang membacanya, akan menjadi saksi hidup. Bahwa menulis jujur itu (mungkin) bukan tai kucing.
:-)