Minggu, Februari 15, 2009
Jumat, Januari 16, 2009
One Short Story
God.
Minggu, Desember 28, 2008
Menulis = Mengenal Diri
Menulis adalah proses mengenal diri sendiri.
UPDATE (22:01):
Old draft: four pages.
New draft: five pages (full chapter).
Sabtu, Desember 27, 2008
Blabbering. Just Blabbering.
Jumat, Desember 26, 2008
Bagaimana Menyiasati Writer's Block?
;-)
Cara saya menyiasati writer’s block amatsangat simpel: tidur, meditasi, mendengarkan musik.
Itu thok. Tapi cukup ampuh, setidaknya buat saya.
Ada yang mau nambahin? Tapi tolong dibikin sederhana. Jangan bikin sepuluh pointer dengan keterangan satu paragraf sendiri, itu nyusahin namanya. ;-D
Ta-ta for now…
Let Me Introduce: Rama
Kenapa harus yakin? Karena saya tidak pintar mencari nama, dan cukup plin-plan dalam hal ini. Saat menggarap novel sebelumnya, saya pernah mengganti nama tokoh utama ketika draft sudah limapuluh persen jadi. That sucks.
Anyway, Rama diambil dari ‘Ramaditya’, seorang blogger, penulis sekaligus composer tunanetra yang saya kagumi. Saya bertemu dengannya tanggal 21 Desember lalu, ketika menemani ibu ini menjadi bintang tamu sebuah acara talkshow di Bogor.
Saya kehilangan kata-kata. Seperti mengalami starstruck rasanya *itu bukan judul film, by the way ;-D*. Haru, kagum, salut, geli, berbaur jadi satu. He’s such an amazing person. Kisah-kisah hidupnya mencengangkan dan sangat menginspirasi. Betul-betul pertemuan yang berkesan dan priceless, meski saya tidak turut serta dalam percakapan dan lebih banyak mendengarkan *tadinya mau minta foto bareng… tapi ummm, mokal. Hehehe. Hope there will be next time.*
Eko Ramaditya, nama lengkapnya (si blogger, bukan karakter saya).
Rama Putra Soemardjono, juga nama lengkap (karakter saya, bukan si blogger).
Detail mengenai karakter dan latar belakang Rama masih rahasia. *Okay, okaaaaay… masih digodok, untuk cari yang paling pas ;-D*
Oh ya, novel ini akan memakai PoV orang pertama.
Wish me luck!
Kamis, Desember 25, 2008
Enough is Enough
Karena itu, dalam rangka memberi hadiah
Saya menulis untuk saya. Bukan untuk diterima editor. Bukan untuk memuaskan selera orang. Bahkan bukan untuk mengisi rak toko buku. Tidak masalah apakah buku ini nantinya akan diterbitkan atau tidak. Seandainya tidak ada penerbit yang sudi menerima, saya siap jika manuskrip ini tersimpan dalam komputer saya entah sampai kapan -- setidaknya sampai saya punya cukup dana untuk menerbitkannya sendiri kelak. Dan saya tidak peduli apakah buku ini akan laris terjual. Saya tidak peduli apakah ia akan menuai pujian atau cercaan. Karena saya menulis untuk saya.
Menulis jujur itu tai kucing, kata kawan saya.
Saya setuju.
Menulis jujur itu memang tai kucing, kalau tujuan utamanya adalah lolos seleksi editor dan diterbitkan, untuk kemudian dipajang bersama ribuan buku lain di rak berwarna cokelat muda demi sebuah eksistensi, pencapaian, ataupun upah berwujud materi. Itu sebabnya saya menulis bukan untuk diterima penerbit. Karena saya sudah terlalu penat.
Enam bulan. Seratusdelapanpuluh hari.
Itulah waktu yang saya tetapkan untuk menyelesaikan manuskrip ini.
Kenapa enam bulan? Karena sejauh itulah kesanggupan saya, yang dengan jujur saya takar tanpa berniat memberi beban yang terlalu besar pada diri sendiri. Saya juga tidak mengatakan bahwa saya akan langsung berhenti ‘melacur’. Atas nama kejujuran, saya mengaku bahwa saya masih butuh eksistensi dan pencapaian, dan enam bulan bukan waktu yang sedikit. Tapi, itu lebih baik daripada tidak berusaha sama sekali. ;-)
Benih ini sudah ada. Di dalam ‘rahim’ saya. Pembuahan sudah terjadi. Dan saya akan merawatnya dengan segenap hati. Menjaga dan membiarkannya tumbuh, sampai ia lahir ke dunia.
Dan jurnal ini, juga Anda semua yang membacanya, akan menjadi saksi hidup. Bahwa menulis jujur itu (mungkin) bukan tai kucing.
:-)