Jumat, Januari 16, 2009

One Short Story

God.

Setengah bulan dan belum melanjutkan draft satu lembar pun.

Sepertinya memang sudah waktunya saya diintimidasi. Oleh target sendiri.

I managed to finish one short story, though. Nggak jelek-jelek amat, hitung-hitung latihan nulis.

Jadi, ceritanya, beberapa hari lalu, atas rekomendasi jeung ini, saya nonton film ini. Cuma bisa kasih dua kata sebagai komentar: Sakit jiwa.

Asli, nggak bisa nangis, nggak bisa marah, nggak bisa takut. Saya cuma bisa bengong dan sampai satu jam setelah film selesai jantung masih deg-degan aja gitu.

Film itu saya rekomendasikan untuk siapa saja yang mengaku pencinta film. Jangan ngaku movie freak kalau belum nonton Turtles Can Fly.

Saya tidak tahu apakah film itu juga yang mendorong lahirnya cerpen tersebut. Mungkin saya memang butuh sesuatu untuk menyalurkan ketegangan. Hehehe. Plus, kalau jadi, rencananya cerpen itu akan saya masukkan ke novel yang sedang saya tulis. Tria menjadi bagian dari masa lalu Rama, or something like that. Gambarannya sudah ada di kepala, tapi saya belum seratus persen yakin. Kita lihat nanti ya. ;-)

Entah kenapa, saya suka sekali dengan cerpen ini, padahal bikinnya sekali-jadi, dan ngeditnya juga nggak banyak. I found it dark, bitter, yet profound.

Maaf sebelumnya kalau kalimat ini agak menonjolkan kesan narsis dan (mungkin) belagu, tapi sumpah, setelah baca ulang cerpen ini, saya nggak bisa menahan diri untuk nggak bilang:

“Damn, I’m good.”

;-)

1 komentar: